BAHASA INDONESIA 2#
Nama : ASKAR TIMUR
Npm :
11213440
Kelas : 3EA29
Mata Kuliah : Bahasa Indonesia 2 #
Keterkaitan proses berfikir Ilmiah dengan Penalaran
Perkembangan ilmu dan filsafat dimulai dengan
keingintahuan manusia yang kemudian meningkat menjadi penalaran yang radikal,
sistematis dan universal. Penalaran dalam berkembangnya menjadi logika deduktif
dan induktif. Berdasarkan perkembangan ilmu abad 20 menjadikan mnausia sebagai
makhluk istimewa dilihat dari kemajuan berimajinasi. Konsep terbaru filsafat
abad 20 didasarkan atas dasar fungsi berfikir, merasa, cipta dan kreatifitas.
Kegiatan berfikir kita lakukan dalam keseharian dan kegiatan ilmiah. Berfikir
merupakan upaya manusia dalam upaya memecahkan masalah. Berfikir ilmiah merupakan
berfikir dengan langkah-langkah metode ilmiah. Berfikir keilmuan bukanlah
berfikir biasa , tetapi berfikir teratur, yang berdisiplin, yang bermetode dan
bersistem, dimana idea dan konsep yang sedang difikirkan tidak dibiarkan
berkelana tanpa arah dan tujuan.
Pembiasaan cara berfikir ilmiah merupakan cara yang terbaik untuk
mempertajam rasio (daya nalar). Cara berfikir seseorang yang terdidik dalam
berfikir ilmiah adalah sangat berbeda dengan cara berfikir orang-orang yang
tidak tahu atau belum pernah sama sekali terlatih untuk itu.Kesemua langkah-langkah berfikir dengan metode ilmiah tersebut harus didukung dengan alat/sarana yang baik, sehingga diharapkan hasil dari befikir ilmiah yang kita lakukan mendapatkan hasil yang baik. Sarana ilmiah pada dasarnya merupakan alat bantu kegiatan ilmiah dalam berbagai langkah yang harus ditempuh.
PENALARAN
Penalaran adalah proses berpikir yang bertolak dari pengamatan indera (observasi empirik) yang menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian. Berdasarkan pengamatan yang sejenis juga akan terbentuk proposisi – proposisi yang sejenis, berdasarkan sejumlah proposisi yang diketahui atau dianggap benar, orang menyimpulkan sebuah proposisi baru yang sebelumnya tidak diketahui. Proses inilah yang disebut menalar.
Dalam penalaran, proposisi yang dijadikan dasar penyimpulan disebut dengan premis (antesedens) dan hasil kesimpulannya disebut dengan konklusi (consequence).
Hubungan antara premis dan konklusi disebut konsekuensi.
Metode dalam menalar
Ada dua jenis metode dalam menalar yaitu induktif dan deduktif.
Induktif
• Metode berpikir induktif adalah metode yang digunakan dalam berpikir dengan bertolak dari hal-hal khusus ke umum.
• Hukum yang disimpulkan difenomena yang diselidiki berlaku bagi fenomena sejenis yang belum diteliti.
• Generalisasi adalah bentuk dari metode berpikir induktif.
Metode deduktif
Metode berpikir deduktif adalah metode berpikir yang menerapkan hal-hal yang umum terlebih dahulu untuk seterusnya dihubungkan dalam bagian-bagiannya yang khusus.
Contoh: Masyarakat Indonesia konsumtif (umum) dikarenakan adanya perubahan arti sebuah kesuksesan (khusus) dan kegiatan imitasi (khusus) dari media-media hiburan yang menampilkan gaya hidup konsumtif sebagai prestasi sosial dan penanda status sosial
Analisis : pada kalimat diatas, kita mengetahui bahwa masyarakat yang konsumtif di akibatkan media hiburan yang menampilkan gaya konsumtif sebagai prestasi,itu adalah penalaran kita karena kita hanya berpikir secara nalar atau logika,
KETERKAITAN DENGAN METODE ILMIAH
Metode Ilmiah merupakan suatu cara sistematis yang digunakan oleh para
ilmuwan untuk memecahkan masalah yang dihadapi. Metode ini menggunakan
langkah-langkah yang sistematis, teratur dan terkontrol. Pelaksanaan metode
ilmiah ini meliputi enam tahap, yaitu:1. Merumuskan masalah. Masalah adalah sesuatu yang harus diselesaikan.
2. Mengumpulkan keterangan, yaitu segala informasi yang mengarah dan dekat pada pemecahan masalah. Sering disebut juga mengkaji teori atau kajian pustaka.
3. Menyusun hipotesis. Hipotesis merupakan jawaban sementara yang disusun berdasarkan data atau keterangan yang diperoleh selama observasi atau telaah pustaka.
4. Menguji hipotesis dengan melakukan percobaan atau penelitian.
5. Mengolah data (hasil) percobaan dengan menggunakan metode statistik untuk menghasilkan kesimpulan. Hasil penelitian dengan metode ini adalah data yang objektif, tidak dipengaruhi subyektifitas ilmuwan peneliti dan universal (dilakukan dimana saja dan oleh siapa saja akan memberikan hasil yang sama).
6. Menguji kesimpulan. Untuk meyakinkan kebenaran hipotesis melalui hasil percobaan perlu dilakukan uji ulang. Apabila hasil uji senantiasa mendukung hipotesis maka hipotesis itu bisa menjadi kaidah (hukum) dan bahkan menjadi teori.
Metode ilmiah didasari oleh sikap ilmiah. Sikap ilmiah semestinya dimiliki oleh setiap penelitian dan ilmuwan. Adapun sikap ilmiah yang dimaksud adalah :
1. Rasa ingin tahu
2. Jujur (menerima kenyataan hasil penelitian dan tidak mengada-ada)
3. Objektif (sesuai fakta yang ada, dan tidak dipengaruhi oleh perasaan pribadi)
4. Tekun (tidak putus asa)
5. Teliti (tidak ceroboh dan tidak melakukan kesalahan)
6. Terbuka (mau menerima pendapat yang benar dari orang lain)
TUJUAN MEMPELAJARI SARANA BERPIKIR ILMIAH
Tujuan mempelajari sarana berfikir ilmiah adalah untuk memungkinkan kita melakukan penelaahan ilmiah secara baik, sedangkan tujuan mempelajari ilmu dimaksudkan untuk mendapatkan pengetahuan yang memungkinkan untuk memecahkan masalah sehari-hari.
Ditinjau dari pola berfikirnya, maka ilmu merupakan gabungan antara pola berfikir dedukatif dan berfikir indukatif. Sebagai hasil dari berfikir maka ilmu merupakan sekumpulan pengetahuan yang disusun secara sistematis bermetode dan kebenaran serta ketepatannya dapat diuji secara empiris, dapat diriset dan dieksperimen (Rasyidi, 1988:43).
Penalaran ilmiah mengharuskan kita menguasai metode penelitian ilmiah, yang pada hakikatnya merupakan pengumpulan fakta untuk mendukung atau menolak hipotesis yang diajukan. Kemampuan berfikir ilmiah yang baik harus didukung oleh penguasaan sarana berfikir ini dengan baik pula. Salah satu langkah kearah penguasaan itu adalah mengetahui dengan benar peranan masing-masing sarana befikir tersebut dalam keseluruhan berfikir ilmiah. Berdasarkan pemikiran ini, maka tidak sukar untuk dimengerti, mengapa mutu kegiatan keilmuan tidak mencapai taraf yang memuaskan sekiranya sarana berfikir ilmiahnya memang kurang dikuasai dengan baik.
SARANA BERPIKIR ILMIAH
Untuk dapat melakukan kegiatan ilmiah dengan baik, maka diperlukan saran yang dapat mendukung kegiatan tersebut. Adapun sarana berfikir ilmiah adalah :
1. Bahasa
Bahasa menurut Poerwadarminta (2002 : 156) adalah serangkaian bunyi yang digunakan sebagai alat komunikasi atau lambang dari serangkaian bunyi yang membentuk arti tertentu.
Melalui bahasa, manusia bukan sajadapat berkomunikasi dengan manusia lainnya, tetapi juga dapat memperdebatkan temuan dan pengetahuannya terhadap manusia lainnya melalui alat yang disebut bahasa. Melalui bahasa manusia dengan manusia lainnya dapat saling menambah dan berbagi pengetahuan yang dimilikinya, manusia dapat mengkomunikasikan latar belakang dan reasoning sebuah informasi yang dimilinya sehingga ia merasa perlu untuk ditransformasikan dan kembangkan kepada orang lain (Cecep Sumarna, 2008:134).
Pengalaman dan pemikiran manusia yang berkembang membuat bahasa pun ikut berkembang. Kemampuan bahasa adalah bagaimana mengkonstruksi pengetahuannya dan bisa menyampaikan kepada orang lain baik secara lisan maupun tulisan. Kemampuan berbahasa adalah salah satu keunikan manusia. Bahasa bagi manusia punya fungsi :
– Alat komunikasi atau fungsi komunikasi
– Alat budaya yang mempersatukan manusia yang menggunakan bahasa tersebut atau fungsi kohesif.
Didalam fungsi komuikatif bahasa terdapat tiga unsur yang digunakan untuk menyampaikan, yaitu : perasaan (unsur emotif), sikap (unsur afektif) dan buah pikiran (unsur penalaran). Perkembangan bahasa dipengaruhi ketiga unsur ini. Perkembangan ilmu dipengaruhi oleh fungsi penalaran dan komunikasi bebas dari pengaruh emotif. Sedangkan perkembangan seni dipengaruhi unsur emotif dan afektif.
2. Logika
Merujuk pada kamus besar bahasa Indonesia (2002:680) logika adalah jalan pikiran yang masuk akal. Sedangkan dari segi istilah logika sering diartikan sebagai kumpulan kaidah-kaidah yang memberi jalan (system) berfikir tertib dan teratur sehingga kebenarannya dapat diterima orang lain (Cecep Sumarna, 2008:141)
Aristoteles adalah orang yang dianggap sebagai bapak logika karena telah menyusun prinsip-prinsip berfikir dengan logikanya yang terkenal antara lain yang berbentuk Syllogisme yaitu bentuk logika yang terdiri dari dua pernyataan (premis) yang bersama-sama menghasilkan sebuah kesimpulan dalam perkembangannya mendapat kritik dai para ahli karena memiliki beberapa kelemahan. Setelah logika Aristoteles kemudian muncullah logika modern yang disebut juga logika symbolik (M. Rasyidi, 1988:200). Ciri utama logika symbolik adalah adanya kesepakatan untuk menggunakan simbol-simbol atau tanda-tanda untuk menggantikan setiap keterangan, pengertian dan hubungan dalam cara kerjanya, inilah yang kita kenal sekarang. Dalam falsafat ilmu disebut logika matematika dan logika statistik. Dimana filsafat ilmu membagi cara kerja logika dalam dua bentuk yaitu logika matematika dan logika statistik (Cecep Sumarna, 2008:143).
Dalam arti luas logika adalah sebuah metode dan prinsip-prinsip yang dapat memisahkan secara tegas antara penalaran yang benar dengan penalaran yang salah12 (Yahya S. Kusumah, 1986:2).
Logika membicarakan tentang aturan-aturan berfikir agar dengan aturan-aturan tersebut dapat mengambil kesimpulan yang benar. Logika bukan ilmu yang baru muncul, perumusan kaidah-kaidah logika untuk berfikir benar dipelopori Aristoteles (348-0322 sm), Aristoteles dianggap sebagai pelopor pembukuan pengetahuan logika tetapi tidak berarti sebelum Aristoteles belum ada kaidah-kaidah berfikir yang dianggap benar, hanya saja belum teratur sistematikanya, seperti rumusan logika Aristoteles (Hasbullah Bahry, 1981:20).
Agar pengetahuan yang dihasilkan dari proses berfikir mempunyai dasar kebenaran, maka proses berfikir dilakukan dengan dua cara befikir logic, yaitu :
a. Logika induktif, yaitu cara berfikir dimana ditarik suatu kesimpulan yang bersifat umum dari berbagai kasus yang bersifat khusus. Contoh berfikir induktif:
(1) P – Penduduk desa A = adalah pegawai
(2) Q – Penduduk desa A = adalah pegawai
(3) R – Penduduk desa A = adalah pegawai
(4) S – Penduduk desa A = adalah pegawai
Kesimpulannya adalah bahwa penduduk ( P sampai S ) yang mendiami desa A adalah pegawai.
b. Logika deduktif, yaitu cara berfikir dimana pernyataan yang bersifat umum ditarik kesimpulan yang bersifat khusus. Penarikan kesimpulan secara deduktif biasanya mempergunakan cara berfikir silogismus.
Silogismus disusun dari dua buah pernyataan dan sebuah kesimpulan. Pernyataan yang mendukung silogismus disebut premis yang kemudian dapat dibedakan sebagai premis mayor dan premis minor.
Contoh berfikir silogismus.
(1) Semua makhluk hidup mesti akan mati (Premis Mayor)
(2) Si Ahmad adalah makhluk hidup (Premis Minor)
(3) Jadi si Ahmad mesti mati (Kesimpulan)
Kesimpulan bahwa si Ahmad mesti mati, menurtu Jujun S. Suriasumantri adalah sah menurut penalaran deduktif, sebab kesimpulan ini ditarik secar logis dari dua premis yang mendukungnya. Sedangkan pertanyaan apakah kesimpulan ini benar, maka hal ini harus dikembalikan kebenarannya pada premis yang mendahuluinya. Apabila kedu premis yang mendukungnya benar, maka dapat dipastikan bahwa kesimpulan tersebut benar. Tetapi dapat saja kesimpulan tersebut salah, walaupun kedua premis benar, sebab cara kesimpulannya salah. Selanjutnya Jujun S. Suriasumantri mengatakan ketepatan penarikan kesimpulan tersebut tergantung pada tiga hal yaitu:
(1) Kebenaran premis mayor
(2) Kebenaran premis minor
(3) Keabsahan pengambilan keputusan.
Oleh karena itu, jika satu dari ketiga unsur tersebut tidak memenuhi persyaratan, maka kesimpulan yang diambil atau diputuskan akan salah.
3. Matematika
a. Matematika sebagai bahasa
Matematika adalah bahasa yang melambangkan serangkaian makna dari pernyataan yang ingin disampaikan. Lambang-lambang matematika bersifat “Artificial” yang baru mempunyai arti setelah sebuah makna diberikan kkepadanya. Tanpa ada penafsiran atau pemaknaan terhadap lambang-lambang yang dimiliki oleh lambang matematika, lambang dimaksud hanya berisi rumus-rumus mati (Cecep Sumarno, 2008:143).
Berikut contoh penerapan matematika :
Bila kita mempelajari kecepatan “sepeda motor” maka obyek “kecepatan jalan sepeda motor” dapat diberi lambang X, dalam hal ini X hanya mempunyai satu arti yaitu kecepatan jalan sepeda motor. Jika dihubungkan dengan obyek lain umpamanya “jarak yang ditempuh pengendara” (Y), maka dapat dibuat lambang hubungan tersebut Z = Y/X, dimana Z melambangkan waktu jalannya sepeda motor. Pernyataan Z = Y/X, tidak mempunyai konotasi emosional dan hanya mengemukakan informasi mengenai hubungan X, Y dan Z, artinya matematika mempunyai sifat yang jelas, spesifik dan informatif dengan tidak menimbulkan konotasi yang bersifat emosional.
b. Sifat kuantitatif dari matematika
Matematika mengembangkan konsep pengukuran, lewat pengukuran maka dapat mengetahui dengang tepat berapa panjang sebatang logam dan berapa pertambahannya bila dipanaskan. Dengan mengetahui hal ini maka pernyataan ilmiah yang berupa pernyataan kualitatif seperti sebatang logam bila dipanaskan akan memanjang : dapat diganti dengan pernyataan matematika yang lebih eksak, umpamanya:
P1 = Po ( 1 + n )
P1 : Panjang logam pada temperatur t
Po : Panjang logam pada temperatur nol
n : Koefisiensi pemuai logam
c. Matematika : Sarana berfikir deduktif.
Matematika mengembangkan cara berfikir deduktif artinya dalam melakukan penemuan dilakukan berdasarkan premis-premis tertentu. Kebenaran dalam matematika tidak dibuktikan secara empiris, melainkan secara penalaran deduktif.
Kelebihan matematika antara lain sebagai berikut :
(1) Tidak bmemiliki unsur emotif
(2) Bahasa matematika sangat universal (tidak ada unsur perasaan).
Sedangkan kekuarangan/kelemahan dari bahasa matematika adalah tidak mengandung bahasa emosional (tidak mengandung estetika) artinya bahwa matematika penuh dengan simbol yang bersifat ertifisial dan berlaku dimana saja.
4. Statistika
Statistik menganduang berbagai macam pengertian antara lain : Kumpulan data, bilangan maupun nonbilangan yang disusun dalam tabel atau diagram yang melukiskan atau menggambarkan suatu persoalan.
Semula statistik baru hanya digunakan untuk menggambarkan persoalan seperti : pencatatan banyaknya penduduk, penarikan pajak, dsb. Dan mengenai penjelasannya. Tetapi dewasa ini hampir semua bidang keilmuan menggunakan statistik, seperti : pendidikan, psikologi, biologi, kimia, pertanian, kedokteran, hukum, politik dsb.
Bagi masyarakat awam, kurang terbiasa dengan istilah statistika, sehingga kosa kata statistik biasanya mengandung konotasi berhadapan dengan deretan angka-angka yang menyulitkan, tidak mengenakkan bahkan merasa bingung untuk membedakan antara matematika dan statistika.
Statistik selain menampilkan fakta berupa angka-angka juga merupakan bidang keilmuan yang disebut “statistika” seperti juga matematika yang disamping merupakan bidang keilmuan juga berarti lambang, formulasi dan teorema. Bidang keilmuan statistika merupakan sekumpulan metode untuk memperoleh dan menganalisis data dalam mengambil suatu kesimpulan berdasarkan data tersebut.
* Statistika dan Berfikir Ilmiah
Statistika merupakan bagian dari metode keilmuan yang dipergunakan dalam mendiskripsikan gejala dalam bentuk angka-angka, baik melalui hitungan maupun pengukuran. Dengan statistika kita dapat melakukan pengujian dalam bidang keilmuan sehingga banyak masalah dan pernyataan keilmuan dapat diselesaikan secara faktual.
Pengujian statistika adalah konskensi pengujian secara empiris. Karena pengujian statistika adalah suatu proses pengumpulan fakta yang relevan dengan rumusan hipotesis. Artinya, jika hipotesis terdukung oleh fakta-fakta empiris, maka hipotesis itu diterima sebagai kebenaran. Sebaliknya, jika bertentangan, hipotesis itu ditolak. Maka, pengujian merupakan suatu proses yang diarahkan untuk mencapai simpulan yang bersifat umum dari kasus-kasus yang bersifat khusus. Dengan demikian berarti penarikan simpulan itu adalaha berdasarkan logika induktif (H. Kasmadi dkk, 1990:20).
Misalnya, jika ingin mengetahui berapa tinggi rata-rata anak berumur 10 tahun di Indonesia, seorang peneliti tidak perlu mengukur semua anak yang berumur 10 tahun dari Sabang samapi Merauke satu persatu. Tetapi hanya mengambil sebagian anak saja sebagai sample. Tentu saja penarikan kesimpulan ini didasarkan atas sejumlah semple yang diambil dengan model tertentu dari jumlah populasi yang ada. Kesimpulan yang dihasilkan tentu tidak seteliti kesimpulan yang dihasilkan dari sensus, namun dalam teori keilmuan ini dapat dipertanggung jawabkan dan sudah memenuhi syarat.
Statistik merupakan pengetahuan untuk melakukan penarikan kesimpulan induktif secara lebih seksama. Statistik mampu memberikan secara kuantitatif tingkat ketelitian dari kesimpulan yang ditarik tersebut. Makin besar sampel maka makin tinggi tingkat ketelitian kesimpulan tesebut.
Statisktik merupakan sarana berfikir ilmiah yang diperlukan untuk memperoleh pengetahuan secara ilmiah. Statistik mampu melakukan proses generalisasi dan penyimpulan karakakteristik suatu kejadian secara lebih pasti dan bukan terjadi secara kebetulan.
Perbedaan matematika dan statistik yaitu :
– Matematika menggunakan pola berfikir deduktif
– Statistik menggunakan pola berfikir induktif
Sedangkan persamaan matematika dan statistik adalah sama-sama digunakan sebagai sarana berfikir ilmiah.
GUNA DAN FUNGSI SARANA BERPIKIR ILMIAH
Sarana berfikir ilmiah digunakan sebagai alat bagi cabang-cabang pengetahuan untuk mengembangkan materi pengetahuannya berdasarkan metode-metode ilmiah.
Sedangkan fungsi sarana berfikir ilmiah adalah untuk membantu proses metode ilmiah, baik secara deduktif maupun secara induktif (Timm Dosen Filsafat Ilmu, 1996:100).
KESIMPULAN
Berfikir ilmiah merupakan berfikir dengan langkah-langkah metode ilmiah seperti perumusan masalah, pengajuan hipotesis, pengkajian literatur, menguji hipotesis dan menarik kesimpulan. Dalam proses berfikir ilmiah untuk sampai pada suatu kesimpulan yang benar diperlukan sarana tertentu yang dissebut dengan sarana berfikir ilmiah yaitu alat yang membantu kegiatan ilmiah dalam berbagai langkah yang harus ditempuh. Tanpa penguasaan sarana berfikir ilmiah kita tidak akan dapat melaksanakan kegiatan berfikir ilmiah secara baik. Adapun sarana berfikir ilmiah yang baik adalah : (1) Bahasa, (2) Logika, (3) Matematika dan (4) Statistika. Sarana berfikir ilmiah digunakan sebagai alat untuk mengembangkan materi pengetahuan berdasarkan metode-metode ilmiah, dan sarana berfikir ilmiah berfungsi untuk membantu proses metode ilmiah, baik secara deduktif maupun secara induktif.
PERBEDAAN KARANGAN ILMIAH
1. ArtikelDalam istilah jurnalistik, artikel adalah tulisan berisi pendapat subjektif penulisanya tentang suatu masalah atau peristiwa.
Dalam konteks ilmiah, artikel adalah karya tulis yang dirancang untuk dimuat dalam jurnal atau buku kumpulan artikel yang ditulis dengan tata cara ilmiah dan mengikuti pedoman atau konvensi ilmiah yang telah disepakati. Artikel ilmiah diangkat dari hasil pemikiran dan kajian pustaka atau hasil pengembangan proyek.
Sistematika Artikel:
- Judul
- Nama Penulis -- tanpa gelar akademik
- Abstrak --ringkasan tulisan, gambaran umum isi artikel.
- Kata Kunci --3-5 keywords.
- Pendahuluan -- latar belakang masalah dan rumusan singkat (1-2 kalimat) pokok bahasan dan tujuannya.
- Kerangka Teori (Kajian Teori) --dasar teori yang menjadi acuan.
- Pembahasan --kupasan, analisis, argumentasi, komparasi, keputusan, dan pendirian atau sikap penulis
- Penutup -- simpulan dan saran
- Daftar Pustaka
Makalah adalah karya tulis ilmiah yang menyajikan suatu masalah yang pembahasannya berdasarkan data di lapangan yang bersifat empiris-objektif. Makalah biasanya disajikan dalam sebuah seminar atau dipresentasikan di kelas (tugas perkuliahan).
Makalah juga diartikan sebagai karya ilmiah mahasiswa mengenai suatu topik tertentu yang tercakup dalam ruang lingkup suatu perkuliahan. Makalah mahasiswa umumnya merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan suatu perkuliahan, baik berupa kajian pustaka maupun hasil kegiatan perkuliahan lapangan.
Pengertian yang lain dari makalah adalah karya tulis yang memuat pemikiran tentang suatu masalah atau topik tertentu yang ditulis secara sistematis dan runtut dengan disertasi analisis yang logis dan objektif. Makalah ditulis untuk memenuhi tugas terstruktur yang diberikan oleh dosen atau ditulis atas inisiatif sendiri untuk disajikan dalam forum ilmiah.
Sistematika Makalah:
- Pendahuluan
- Pembahasan
- Kesimpulan
Kertas kerja (work paper) pada prinsipnya sama dengan makalah, namun dibuat dengan analisis lebih dalam dan tajam dan dipresentasikan pada seminar atau lokakarya yang biasanya dihadiri oleh ilmuwan. Kertas kerja itu menjadi acuan untuk tujuan tertentu dan bisa diterima atau dimentahkan oleh forum ilmiah.
4. Paper
Paper adalah sebutan khusus untuk makalah di kalangan akademisi (mahasiswa) dalam kaitannya dengan pembelajaran dan pendidikannya sebelum menyelesaikan jenjang studi (Diploma/S1/S2/S3). Sistematika penulisannya sama dengan artikel atau makalah, tergantung panduan yang berlaku di perguruan tinggi masing-masing.
5. Skripsi
Skripsi adalah karya tulis ilmiah mahasiswa untuk menyelesaikan jenjang studi S1 (Sarjana). Skripsi berisi tulisan sistematis yang mengemukakan pendapat penulis berdasarkan pendaagt (teori) orang lain.
Pendapat yang diajukan harus didukung oleh data dan fakta empiris-objektif, baik bedasarkan penelitian langsung (obsevasi lapangan, atau percobaan di laboratorium), juga diperlukan sumbangan material berupa temuan baru dalam segi tata kerja, dalil-dalil, atau hukum tertentu tentang salah satu aspek atau lebih di bidang spesialisasinya.
6. Tesis
Tesis adalah karya tulis ilmiah mahasiswa untuk menyelesaikan jenjang studi S2 (Pasca Sarjana) yang sifatnya lebih mendalam dibandingkan dengan skripsi. Tesis mengungkapkan pengetahuan baru yang diperoleh dari penelitian sendiri.
7. Disertasi
Disertasi --disebut juga "Ph.D Thesis"-- adalah karya tulis ilmiah mahasiswa untuk menyelesaikan jenjang studi S3 (meraih gelar Doktor/Dr) yang mengemukakan suatu dalil yang dapat dibuktikan oleh penulis berdasarkan data dan fakta yang sahih (valid) dengan analisis yang terinci). Disertasi ini berisi suatu temuan penulis sendiri, yang berupa temuan orisinal.
8. Artikel Ilmiah Populer
Selain ketujuh jenis karya ilmiah, ada juga yang disebut artikel ilmiah populer, yaitu artikel ilmiah yang ditulis dengan gaya bahasa populer (bahasa media/bahasa jurnalistik) untuk dimuat di media massa (suratkabar, majalah, tabloid).
Berbeda dengan artikel ilmiah, artikel ilmiah popular tidak terikat secara ketat dengan aturan penulisan ilmiah. Artikel ilmiah ditulis lebih bersifat umum, untuk konsumsi publik. Dinamakan ilmiah populer karena ditulis bukan untuk keperluan akademik, tetapi untuk "dikomunikasikan" kepada publik melalui media massa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar