Tugas Kelompok Bab 8
Ainul Fath ( 10213489
Askar Timur ( 11213440 )
Piter Tulus S. ( 15213938 )
Pandji Anggriawan (18213983 )
Tugas Kelompok Bab 8
Ainul Fath ( 10213489
Askar Timur ( 11213440 )
Piter Tulus S. ( 15213938 )
Pandji Anggriawan (18213983 )
PENGERTIAN BUDAYA ORGANISASI DAN PERUSAHAAN, HUBUNGAN BUDAYA DAN ETIKA, KENDALA DALAM MEWUJUDKAN KINERJA BISNIS
KARAKTERISTIK BUDAYA ORGANISASI
Robbins (2007), memberikan 7 karakteristik budaya sebagai berikut :
- Inovasi dan keberanian mengambil resiko yaitu sejauh mana karyawan diharapkan didorong untuk bersikap inovtif dan berani mengambil resiko.
- Perhatian terhadap detail yaitu sejauh mana karyawan diharapkan menjalankan presisi, analisis, dan perhatian pada hal-hal detil.
- Berorientasi pada hasil yaitu sejauh mana manajemen berfokus lebih pada hasil ketimbang teknik atau proses yang digunakan untuk mencapai hasil tersebut.
- Berorientasi kepada manusia yaitu sejauh mana keputusan-keputusan manajemen mempertimbangkan efek dari hasil tersebut atas orang yang ada di dalam organisasi.
- Berorientasi pada tim yaitu sejauh mana kegiatan-kegiatan kerja diorganisasi pada tim ketimbang individu-individu.
- Agresivitas yaitu sejauh mana orang bersikap agresif dan kompetitif ketimbang santai.
- Stabilitas yaitu sejauh mana kegiatan-kegiatan organisasi menekankan dipertahankannya status quo dalam perbandingannya dengan pertumbuhan.
FUNGSI BUDAYA ORGANISASI
Budaya organisasi memiliki fungsi yang sangat penting. Fungsi budaya
organisasi adalah sebagai tapal batas tingkah laku individu yang ada
didalamnya.
Menurut Robbins (1996 : 294), fungsi budaya organisasi sebagai berikut :
- Budaya menciptakan pembedaan yang jelas antara satu organisasi dan yang lain.
- Budaya membawa suatu rasa identitas bagi anggota-anggota organisasi.
- Budaya mempermudah timbulnya komitmen pada sesuatu yang lebih luas daripada kepentingan diri individual seseorang.
- Budaya merupakan perekat sosial yang membantu mempersatukan organisasi itu dengan memberikan standar-standar yang tepat untuk dilakukan oleh karyawan.
- Budaya sebagai mekanisme pembuat makna dan kendali yang memandu dan membentuk sikap serta perilaku karyawan.
PEDOMAN TINGKAH LAKU
Tingkah laku merujuk kepada tindakan atau tindak balas sesuatu objek
atau organisma, biasanya sehubungan dengan persekitarannya. Ia bersifat:
– sedar atau separa sedar;
– nyata atau terselindung;
– rela atau tidak;
– sejadi atau dipelajari.
Tingkah laku haiwan dikawal oleh sistem endokrin dan sistem saraf,
dengan kerumitannya bergantung kepada kekompleksan sistem sarafnya.
Umumnya, organisma yang mempunyai sistem saraf yang kompleks lebih
berupaya mempelajari gerak balas yang baharu dan justera, dapat
menyesuaikan tingkah lakunya.
Dalam bidang psikologi
Tingkah laku manusia (dan organisma yang lain serta juga mekanisme)
dapat bersifat biasa, luar biasa, boleh diterima, atau tidak boleh
diterima. Manusia menilai kebolehterimaan sesuatu tingkah laku
berdasarkan norma sosial untuk mengawalnya menerusi kawalan sosial.
Dalam bidang sosiologi, tingkah laku dianggap sebagai tidak bermakna
kerana ia tidak ditujukan kepada orang lain dan justera, merupakan
tindakan manusia yang paling asas. Bagaimanapun, ia masih dapat
memainkan peranan dalam diagnosis gangguan seperti autisme.
Tingkah laku menjadi satu binaan yang penting dalam bidang psikologi
awal abad ke-20 dengan pengenalan paradigma yang kemudian dikenali
sebagai behavorisme. Pengenalannya merupakan suatu tindak balas terhadap
apa yang dikenali sebagai psikologi “fakulti”. Psikologi “fakulti”
bertujuan untuk menganalisis atau memahami minda tanpa dimanfaatkan oleh
pengujian saintifik. Sebaliknya, behavorisme hanya menegaskan apa yang
dapat dilihat atau dimanipulasikan. Mengikut pandangan awal John B.
Watson, salah satu pengasas bidang ini, tiada sebarang yang disimpulkan
terhadap sifat entiti yang menghasilkan tingkah laku tersebut.
Pengubahsuaian yang kemudian terhadap sudut pandangan Watson dan apa
yang dikenali sebagai “pelaziman klasik” (lihat Ivan Pavlov) memunculkan
pelaziman operan, satu teori yang disokong oleh B.F. Skinner yang
mengambil alih institusi akademiknya sehingga 1950-an. Pada hari ini,
banyak orang nama mensinonimkan nama Skinner dengan behavorisme.
Untuk kajian tentang tingkah laku, etogram dipergunakan. Tingkah laku
haiwan dikaji dalam bidang psikologi perbandingan, etologi, ekologi
tingkah laku, dan sosiobiologi.
Di luar bidang psikologi
Tingkah laku di luar bidang psikologi termasuklah sifat fizik dan
tindak balas kimia. Sebagaimana digunakan dalam bidang sains komputer,
ia merupakan satu binaan antropomorfik yang memberikan “nyawa” kepada
kegiatan yang dilakukan oleh komputer, penggunaan komputer, atau kod
komputer sebagai balasan terhadap rangsangan seperti input pengguna.
“Tingkah laku” juga merupakan satu blok kod atau skrip komputer boleh
guna semula yang apabila digunakan pada sesuatu objek, khususnya objek
grafik, menyebabkan objek itu membalas terhadap input pengguna dalam
pola yang bererti atau untuk membenarkan objek itu bertindak secara
bebas. Istilah “tingkah laku” juga boleh digunakan pada setakatnya untuk
fungsi matematik bagi merujuk kepada anatomi keluk.
Dalam bidang pemodelan alam sekitar pula dan khususnya dalam bidang
hidrologi, model tingkah laku ialah model yang cukup mirip dengan proses
semula jadi tercerap, misalnya model yang dapat menyelakukan kadar alir
sungai tercerap dengan memuaskan. Ia merupakan konsep utama untuk apa
yang dipanggil sebagai perkaedahan Penganggaran Ketakpastian
Kebolehjadian Teritlak (GLUE) untuk menyatakan ketakpastian ramalan
persekitaran secara kuantitatif.
APRESIASI BUDAYA
Istilah apresiasi berasal dari bahasa inggris “apresiation” yang
berarti penghargaan,penilaian,pengertian. Bentuk itu berasal dari kata
kerja ” ti appreciate” yang berarti menghargai, menilai,mengerti dalam
bahasa indonesia menjadi mengapresiasi. Apresiasi budaya adalah
kesanggupan untuk menerima dan memberikan penghargaan, penilaian,
pengertian terhadap hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia.
Kebudayaan perlu diapresiasi dengan harapan kita sebagai manusia
dapat memperlihatkan rasa menghargai karya yang dihasilkan dari akal dan
budi manusia. Apresiasi diperlukan untuk tetap menjaga nilai-nilai
budaya yang ada agar tetap hidup dan selalu lestari, juga dapat
dikembangkan menjadi lebih baik. Melalui apresiasi, seorang pencipta
dapat memperoleh masukan, ide, saran, kritik, dan pujian untuk karyanya.
Melalui ide, saran, masukan, dan kritik tersebut jugalah para pencipta
diharapkan dapan membuat karya yang lebih baik lagi.
Hubungan Etika Dengan Budaya
Etika pada dasarnya adalah standar atau moral yang menyangkut benar
atau salah, baik atau buruk. Dalam kerangka konsep etika bisnis terdapat
berbagai pengertian tentang etika perusahaan, etika kerja, dan etika
perorangan, yang menyangkut hubungan-hubungan sosial antara perusahaan,
karyawan, dan lingkungannya. Etika perusahaan menyangkut hubungan
perusahaan dengan karyawan yang sebagai satu kesatuan dengan
lingkungannya. Etika kerja berkaitan dengan antara perusahaan dengan
karyawannya, dan etika perorangan mengukur hubungan antarkaryawan.
Pelaku etis yang telah berkembang dalam perusahaan menimbulkan
situasi saling percaya antara perusahaan dan stakeholder, yang
memungkinkan perusahaan meningkatkan keuntungan jangka panjang. Perilaku
etis akan mencegah pelanggan, pegawai, dan pemasok bertindak oportunis,
serta timbulnya saling percaya. Budaya perusahaan memberikan kontribusi
yang signifikan terhadap pembentukan perilaku etis, karena budaya
perusahaan merupakan seperangkat nilai dan norma yang membimbing
tindakan karyawan. Budaya dapat mendorong terciptanya perilaku yang
etis, dan sebaliknya dapat pula mendorong perilaku yang tidak etis.
Kebijakan perusahaan untuk memberikan perhatian yang serius pada etika
perusahaan dan memberikan citra bahwa manajemen mendukung perilaku etis
dalam perusahaan.
Kebijakan perusahaan biasanya secara fomal didokumentasikan dalam
bentuk Kode Etik (Code of Conduct). Di tengah iklim keterbukaan dan
globalisasi yang membawa keragaman budaya, kode etik memiliki peranan
yang sangat penting sebagai buffer dalam interaksi intensif beragam ras,
pemikiran, pendidikan, dan agama. Sebagai persemaian untuk menumbuhkan
perilaku etis, perlu dibentuk iklim etika dalam perusahaan. Iklim etika
tersebut tercipta, jika dalam suatu perusahaan terdapat kumpulan
pengertian tentang perilaku apa yang dianggap benar dan tersedia
mekanisme yang memungkinkan permasalahan mengenai etika dapat diatasi.
Terdapat tiga faktor utama yang memungkinkan terciptanya iklim etika
dalam perusahaan, yaitu:
- Terciptanya budaya perusahaan secara baik
- Terbangunnya suatu kondisi organisasi berdasarkan saling percaya (trust-based organization)
- Terbentuknya manajemen hubungan antarpegawai (employee relationship management)
Iklim etika dalam perusahaan dipengaruhi oleh adanya interaksi beberapa faktor, yaitu:
- Faktor kepentingan diri sendiri
- Faktor keuntungan perusahaan
- Faktor pelaksanaan efisiensi
- Faktor kepentingan kelompok
Penciptaan iklim etika mutlak diperlukan, meskipun memerlukan waktu,
biaya, dan ketekunan manajemen. Dalam iklim etika, kepentingan
stakeholder terakomodasi secara baik karena dilandasi dengan rasa saling
percaya.
PENGARUH ETIKA TERHADAP BUDAYA
- Etika seseorang dan etika bisnis adalah satu kasatuan yang terintegrasi sehingga tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya, keduanya saling melengkapi dalam mempengaruhi perilaku antar individu maupun kelompok, yang kemudian menjadi perilaku organisasi yang akan berpengaruh terhadap budaya perusahaan.
- Jika etika menjadi nilai dan keyakinan yang terinternalisasi dalam budaya perusahaan, maka akan berpotensi menjadi dasar kekuatan perusahaan dan akhirnya akan berpotensi menjadi stimulus dalam peningkatan kinerja karyawan.
- Terdapat pengaruh yang signifikan antara etika seseorang dari tingkatan manajer terhadap tingkah laku etis dalam pengambilan keputusan.
- Kemampuan seorang profesional untuk dapat mengerti dan peka terhadap adanya masalah etika dalam profesinya sangat dipengaruhi oleh lingkungan, sosial budaya, dan masyarakat dimana dia berada
- Budaya perusahaan memberikan sumbangan yang sangat berarti terhadap perilaku etis. Perusahaan akan menjadi lebih baik jika mereka membudayakan etika dalam lingkungan perusahaannya.
KENDALA MEWUJUDKAN KINERJA BISNIS ETIS
- Mentalitas para pelaku bisnis, terutama top management yang secara moral rendah, sehingga berdampak pada seluruh kinerja Bisnis. Perilaku perusahaan yang etis biasanya banyak bergantung pada kinerja top management, karena kepatuhan pada aturan itu berjenjang dari mulai atas ke tingkat bawah.
- Faktor budaya masyarakat yang cenderung memandang pekerjaan bisnis sebagai profesi yang penuh dengan tipu muslihat dan keserakahan serta bekerja mencari untung. Bisnis merupakan pekerjaan yang kotor. Pandangan tersebut memperlihatkan bahwa masyarakat kita memiliki persepsi yang keliru tentang profesi bisnis.
- Faktor sistem politik dan sistem kekuasaan yang diterapkan oleh penguasa sehingga menciptakan sistem ekonomi yang jauh dari nilai-nilai moral. Hal ini dapat terlihat dalam bentuk KKN.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar