Kamis, 26 November 2015

Perilaku Konsumen ( pembahasan teori kebutuhan Maslow)


Salah satu teori tentang  motivasi dalam konteks perilaku organisasi adalah teori kebutuhan Maslow .  Dalam konteks perusahaan, dimana memiliki kinerja yang rendah.  Pada tingkat kebutuhan tertentu mereka masih kurang terpuaskan, sehingga mereka  memiliki kinerja yang rendah

Saya setuju dengan teori maslow seperti yang di sebutkan diatas bahwa seorang karyawan akan memiliki kinerja rendahh apabila pada tingkat kebutuhan tertentu mereka kurang terpuaskan

Motivasi merupakan salah satu aspek yang sangat penting dalam menentukan perilaku seseorang, termasuk perilaku kerja. Untuk dapat memotivasi seseorang diperlukan pemahaman tentang bagaimana proses terbentuknya motivasi (Hariandja, 2009). Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi motivasi kerja antara lain atasan, kolega, sarana fisik, kebijaksanaan, peraturan, imbalan jasa uang dan non uang, jenis pekerjaan, dan tantangan. Motivasi individu untuk bekerja dipengaruhi pula oleh kepentingan pribadi dan kebutuhannya masing-masing.
Untuk memotivasi karyawan, manajer harus mengetahui motif dan motivasi yang diinginkan karyawan. Orang mau bekerja adalah untuk dapat memenuhi kebutuhan, baik kebutuhan yang disadari (conscious needs) maupun kebutuhan yang tidak disadari (unconscious needs), berbentuk materi atau nonmateri, kebutuhan fisik maupun rohani.
Kebutuhan-kebutuhan yang dipuaskan dengan bekerja menyangkut hal-hal berikut:
Kebutuhan Fisik dan Keamanan
Kebutuhan ini menyangkut kepuasan kebutuhan fisik/biologis seperti makan, minum, perumahan, dan semacamnya, disamping kebutuhan akan rasa aman dalam menikmatinya.
Kebutuhan Sosial
Kebutuhan ini adalah kebutuhan yang terpuaskan karena memperoleh pengakuan, status, dihormati, diterima, serta disegani dalam pergaulan masyarakat. Hal ini penting karena manusia tergantung satu sama lainnya.
Kebutuhan Egoistik
Kebutuhan egoistik adalah kebutuhan kepuasan yang berhubungan dengan kebebasan orang untuk mengerjakan sendiri suatu pekerjaan sehingga puas karena berhasil menyelesaikannya.
Para karyawan mendambakan bahwa kinerja mereka akan berkorelasi dengan imbalan-imbalan yang diperoleh dari organisasi. Para karyawan menentukan pengharapan-pengharapan mengenai imbalan-imbalan dan kompensasi yang diterima jika tingkat kinerja tertentu dicapai. Pengharapan-pengharapan ini menentukan tujuan dan tingkat-tingkat kinerja di masa depan. Karyawan yang mencapai tingkat kinerja yang dikehendaki mengharapkan tingkat kompensasi tertentu. Manajemen akan mengevaluasi dan memberikan imbalan pada kinerja karyawan. Contoh-contoh imbalan tersebut meliputi promosi, peningkatan bonus pegawai, dan imbalan-imbalan intrinsik seperti pengakuan dan peningkatan status. Para karyawan mempertimbangkan hubungan antara kinerja yang telah mereka berikan kepada organisasi, imbalan yang dikaitkan dengan kinerja tersebut, dan kewajaran hubungan tersebut. Pada akhirnya, karyawan menentukan tujuan-tujuan dan pengharapan berdasarkan pengalaman sebelumnya didalam organisasi.
Jika karyawan melihat bahwa kerja keras dan kinerja yang unggul diakui dan dberikan imbalan oleh organisasi, mereka akan mengharapkan hubungan seperti itu berlanjut terus di masa depan. Oleh karena itu, mereka akan menentukan tingkat kinerja yang lebih tinggi dan mengharapkan tingkat kompensasi yang lebih tinggi pula. Bila karyawan merasakan hubungan yang lemah antara kinerja dan imbalan, maka mereka akan menentukan tujuan-tujuan minimal guna mempertahankan pekerjaan mereka, tetapi tidak melihat perlunya menonjolkan diri dalam posisi-posisi mereka.
Terdapat dua kondisi yang harus dipenuhi jika menghendaki para karyawan merasa bahwa imbalan-imbalan terkait dengan kinerja. Pertama, hubungan antara kinerja dan imbalan-imbalan harus terlihat jelas oleh anggota-anggota dalam organisasi. Kedua, tingkat kepercayaan yang memadai haruslah ada antara para karyawan dengan manajemen organisasi. Kepercayaan adalah prasyarat yang perlu untuk sifat-sifat motivasional dari sistem kompensasi, karena jika para karyawan tidak mempercayai bahwa manajemen sungguh-sungguh memberikan imbalan-imbalan yang dijanjikaan untuk kinerja yang efektif, para karyawan tidak akan termotivasi untuk bekerja secara efektif. Oleh karena itu, penggunaan sistem kompensasi untuk memotivasi kinerja yang efektif membutuhkan kaitan yang jelas dan terlihat antara kinerja dan imbalan serta iklim kepercayaan antara orang-orang yang bekerja dan orang-orang yang memberikan imbalan.
Contoh : Teori hirarki kebutuhan maslow atas motivasi kerja karyawan terhadap kinerja pegawai  PT.BANK XYZ 
Kebutuhan Fisiologis Dasar
Pemenuhan kebutuhan fisiologis dasar akan sandang, pangan dan papan sangat terkait dengan gaji yang diberikan oleh perusahaan. Gaji pokok dan uang makan yang diberikan oleh PT Bank XYZ sudah diatas rata-rata dibandingkan bank lain untuk level posisi yang sama. Gaji yang diberikan sudah memadai bagi pegawai yang masih lajang karena sudah memenuhi kebutuhan fisiologis dasar pegawai untuk makan, membeli pakaian dan kos. Namun bagi pegawai yang sudah berkeluarga, gaji pegawai operasional tidak memungkinkan untuk kredit kepemilikan rumah karena sangat terbatas. Faktor ini menjadi salah satu penyebab mengapa pegawai terkadang merasa jenuh dengan tekanan dari pihak manajemen agar mereka memberikan pelayanan service excellent tetapi gaji yang diberikan masih belum mencukupi kebutuhan fisiologis dasar bagi pegawai yang sudah menikah.
Kebutuhan Akan Rasa Aman
Pegawai PT. Bank XYZ sudah terpenuhi kebutuhan akan rasa aman dalam kaitannya dengan status kepegawaian. Pegawai baru diberikan masa OJT (on the job training) selama 3 bulan dan berstatus sebagai pegawai kontrak selama satu tahun sejak tanggal penandatanganan kontrak kerja yang dilakukan sebelum pegawai menjalani OJT. Setelah satu tahun, pegawai baru akan diangkat menjadi pegawai tetap sehingga pegawai memiliki rasa aman akan kepastian statusnya sebagai pegawai tetap di perusahaan tersebut. Selain rasa aman akan status kepegawaian, ada bentuk lain yang membuat pegawai bank merasa aman, yaitu fasilitas penunjang kesehatan yang diberikan perusahaan. Fasilitas penunjang kesehatan meliputi tunjangan pengobatan dan perawatan, jaminan asuransi pemeliharaan kesehatan, tersedianya dokter/klinik kesehatan yang disediakan oleh perusahaan sebagai bentuk perhatian atas kondisi dan kesehatan karyawan sekaligus keluarga karyawan.
Kebutuhan Sosial
Kebutuhan sosial yang dapat mempengaruhi motivasi pegawai perbankan ada beberapa, diantaranya adalah hubungan antara atasan dan bawahan (baik kepala cabang dan penyelia maupun pihak manajemen) dan hubungan antar sesama karyawan. Hubungan atasan dan bawahan menyangkut tingkat keeratan hubungan antara atasan dan bawahan, baik di dalam masalah pekerjaan maupun di luar masalah pekerjaan. Hubungan antar sesama karyawan menyangkut kegiatan timbal balik saling membantu, hubungan erat dalam pemberian dorongan dan semangat kerja, juga rasa saling membantu serta hubungan erat di luar pekerjaan.
Kebutuhan Akan Penghargaan
Pegawai akan merasa dihargai bila kinerja mereka diapresiasi oleh perusahaan. Bentuk apresiasi perusahaan terhadap baiknya kinerja karyawan diantaranya adalah pemberian kompensasi. Perusahaan harus memberikan kompensasi yang layak bagi pegawai sehingga pegawai termotivasi dan merasa dihargai. Penghargaan seperti ini akan meningkatkan kinerja karyawan perbankan dalam memberikan pelayanan yang terbaik bagi nasabah dan karyawan pun menjadi lebih loyal pada perusahaan.
Kebutuhan Aktualisasi Diri
Jika semua kebutuhan lain yang tersebut diatas telah terpenuhi, akan timbul kebutuhan baru yang mempunyai tingkat paling tinggi yaitu kebutuhan aktualisasi diri. Kebutuhan ini muncul ketika perusahaan sudah mampu memberikan kompensasi yang layak sebagai suatu bentuk penghargaan sekaligus untuk pemenuhan kebutuhan fisiologis dasar, karyawan bank merasa nyaman dengan hubungannya kepada atasan dan rekan kerja, serta memiliki rasa aman tidak kehilangan pekerjaannya dan rasa aman akan fasilitas penunjang kesehatan untuknya, sehingga pegawai semakin termotivasi dalam bekerja dan menggali potensi yang ada pada dirinya semaksimal mungkin untuk kemajuan perusahaan. Misalnya bagi frontliner, mereka terpacu untuk memberikan pelayanan terbaik bagi nasabah (service excellent), semakin giat dalam melakukan role play, dan memiliki tujuan untuk bisa menjadi bank terdepan dalam pelayanan berdasarkan survei dari MRI (Marketing Research Indonesia).



Tidak ada komentar:

Posting Komentar