Kamis, 14 Januari 2016

teori perilaku konsumen 4


Teori Perilaku KOnsumen

BAB I
PENDAHULUAN
A.           Latar Belakang
Perilaku konsumen memiliki kepentingan khusus bagi orang karena berbagai alasan berhasrat mempengaruhi atau mengubah perilaku itu, termasuk mereka yang kepentingan utamanya adalah pemasaran, pendidikan, dan perlindungan konsumen, serta kebijakan umum.
Sebelum Perang Dunia II, banyak perusahaan, tetapi berorientasi pada produksi yang mencerminkan filosofi bahwa “produk yang baik akan menjual diri sendiri”. Namun persoalannya berubah sesudah perang, ketika banyak perusahaan mendapatkan bahwa mereka memiliki kapasitas yang lebih produktif daripada yang diserap pasar. Segera menjadi penting sekali untuk mengubah focus dari produksi ke pemasaran.
Elemen kunci dala definisi ini adalah pertukaran antara pelanggan dan penyuplai. Masing-masing pihak memberikan sesuatu yang bernilai kepada pihak lain dengan tujuan memenuhi kebutuhan mereka masing-masing. Dalam konteks pembelian yang normal, uang ditukar dengan barang atau jasa yang diinginkan.
Perhatikan bahwa pelanggan terletak pada inti dari proses tersebut. Semua yang dilakukan penyuplai dalam hal produk, harga, promosi dan distribusi diadaptasikan dengan permintaan pasar. Oleh karena itu pelanggan menjalankan pengaruh dominan pada semua yang dilakukan perusahaan. Tidak mengherankan bahwa studi perilaku konsumen memiliki akar utamanya di dalam bidang ekonomi, dan yang lebih baru, dalam bidang pemasaran. Dalam makalah ini menyajikan pembahasan tentang teori dasar perilaku konsumen.






B.            Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah di paparkan, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut:
1.             Apa pengertian teori perilaku konsumen?
2.             Bagaimana pendekatan teori perilaku konsumen?
3.             Apa saja macam-macam perilaku konsumen?
4.            Apa saja prinsip-prinsip dasar dalam analisis perilaku konsumen?
5.             Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen?
6.             Bagaimana hubungan pemasaran dan perilaku konsumen?
7.             Bagaimana keputusan pembelian konsumen?
8.             Bagaimana tipe proses pembelian konsumen?
9.             Apa manfaat perilaku konsumen?

C.           Tujuan
Tujuan penulisan ini guna memecahkan perumusan masalah. Maka tujuan penulisan karya ilmiah ini sebagai berikut:
1.             Untuk mengetahui pengertian teori perilaku konsumen.
2.             Untuk mengetahui pendekatan teori perilaku konsumen.
3.             Untuk mengetahui macam-macam perilaku konsumen.
4.            Untuk mengetahui prinsip-prinsip dasar dalam analisis perilaku konsumen.
5.             Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen.
6.             Untuk mengetahui hubungan pemasaran dan perilaku konsumen.
7.             Untuk mengetahui keputusan pembelian konsumen.
8.             Untuk mengetahui tipe proses pembelian konsumen.
9.             Untuk mengetahui manfaat perilaku konsumen.








BAB II
PEMBAHASAN
A.           Pengertian Teori Perilaku Konsumen
Konsumsi adalah pengeluaran oleh rumah tangga atas barang dan jasa. Elemen-elemen pokok dari konsumsi di antara yang paling penting adalah perumhan, kendaraan bermotor, makanan, dan perawatan medis. Ilmu statistik menunjukkan bahwa ada keteraturan yang dapat diramalkan dalam cara orang-orang mengalokasikan pengeluaran mereka antara makanan, pakaian dan hal-hal pokok lainya.
Konsumen adalah seseorang yang menggunakan barang atau jasa. Saat ini konsumen begitu dimanjakan dengan berbagai produk yang dapat dipilih untuk memenuhi kebutuhan. Era produsen mengendalikan konsumen telah berlalu dan telah digantikan dengan era dimana konsumen memegang kendali. Konsumen yang mendikte produk apa yang seharusnya diproduksi oleh perusahaan. Perusahaan harus berfokus pada konsumen, konsumen adalah bagian terpenting dari perusahaan. Oleh karena itu perusahaan perlu mengerti bagaimana konsumenya berperilaku[1][1].
Perilaku konsumen adalah proses yang dilalui oleh seseorang/ organisasi dalam mencari, membeli, menggunakan, mengevaluasi, dan membuang produk atau jasa setelah dikonsumsi untuk memenuhi kebutuhannya. Perilaku konsumen akan diperlihatkan dalam beberapa tahap yaitu tahap sebelum pembelian, pembelian, dan setelah pembelian. Pada tahap sebelum pembelian konsumen akan melakukan pencarian informasi yang terkait produk dan jasa. Pada tahap pembelian, konsumen akan melakukan pembelian produk, dan pada tahap setelah pembelian, konsumen melakukan konsumsi (penggunaan produk), evaluasi kinerja produk, dan akhirnya membuang produk setelah digunakan.Atau  kegiatan-kegiatan individu yang secara langsung terlibat dalam mendapatkan dan menggunakan barang dan jasa termasuk di dalamnya proses pengambilan keputusan pada persiapan dan penentuan kegiatan-kegiatan tersebut.
Konsumen dapat merupakan seorang individu ataupun organisasi, mereka memiliki peran yang berbeda dalam perilaku konsumsi, mereka mungkin berperan sebagai initiator, influencer, buyer, payer atau user. Dalam upaya untuk lebih memahami konsumennya sehingga dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen, perusahaan dapat menggolongkan konsumennya ke dalam kelompok yang memiliki kemiripan tertentu, yaitu pengelompokan menurut geografi, demografi, psikografi, dan perilaku[2][2].
Jika dilihat dari perilaku konsumen dalam mengkonsumsi suatu barang maka dapat dibedakan mejadi dua :
1.             Perilaku Konsumen Rasional
Suatu konsumsi dapat dikatakan rasional jika memerhatikan hal-hal berikut :
a.    Barang tersebut dapat memberikan kegunaan optimal bagi konsumen
b.    Barang tersebut benar-benar diperlukan konsumen
c.    Mutu barang terjamin
d.   Harga sesuai dengan kemampuan konsumen
2.      Perilaku Konsumen Irasional
Suatu perilaku dalam mengkonsumsi dapat dikatakan tidak rasional jika konsumen tersebut membeli barang tanpa dipikirkan kegunaannya terlebih dahulu, contohya yaitu :
a.    Tertarik dengan promosi atau iklan baik di media cetak maupun elektronik
b.    Memiliki merk yang sudah dikenal banyak konsumen
c.    Ada bursa obral atau bonus-bonus dan banjir diskon
d.   Prestise atau gengsi


B.            Pendekatan Teori Perilaku Konsumen
Terdapat dua pendekatan terkait dengan perilaku konsumen, yaitu pendekatan niali guna (utility) kardinal dan pendekatan niali guna ordinal. Dalam pendekatan niali guna kardinal dianggap manfaat atau kenikmatan yang diperoleh seorang konsumen dapat dinyatakan secara kualitatif. Nilai guna total dapat diartikan sebagai jumlah seluruh kepuasan yang diperoleh dari mengkonsumsi sejulah barang tertentu. Sedangkan nilai guna marginal berarti penambahan (atau pengurangan) kepuasan sebagai akibat dan pertambahan (atau pengurangan) penggunaan satu unit barang tertentu.
1.             Pendekatan Kardinal
Pendekatan konsumen Kardinal adalah daya guna dapat diukur dengan satuan uang atau utilitas, dan tinggi rendahnya nilai atau daya guna tergantung kepada subyek yang menilai. Pendekatan ini juga mengandung anggapan bahwa semakin berguna suatu barang bagi seseorang, maka akan semakin diminati.
Pendekatan kardinal memberikan penilaian bersifat subyektif akan pemuasan kebutuhan dari suatu barang, artinya tinggi rendahnya suatu barang tergantung sudut pandang subyek yang memberikan penilaian tersebut, yang biasanya berbeda penilain dengan orang lain.
Pendekatan ini merupakan gabungan dari beberapa pendapat para ahli ekonomi aliran subyektif dari Austria seperti: Karl Menger, Hendrik Gossen, Yeavon, dan Leon Walras. Menurut pendekatan ini daya guna dapat diukur dengan satuan uang atau util, dan tinggi rendahnya nilai atau daya guna bergantung kepada subyek yang menilai.
Dalam pendekatan ini akan banyak didasari oleh suatu hukum dari tokoh terkenal, Gossen, yaitu hokum Gossen.
a.    Hukum Gossen I menyatakan bahwa jika kebutuhan seseorang dipenuhi terus-menerus maka kepuasanya akan semakin menurun.
b.    Hukum Gossen II menyatakan bahwa orang akan memenuhi berbagai kebutuhanya sampai mencapai intensitas yang sama. Intensitas yang sama itu ditunjukkan oleh rasio antara marginal utility  dengan harga dari barang yang satu dengan rasio marginal utility dengan harga barang yang lain.
Hipotesis utama teori niali guna atau lebih dikenal sebagai hukum nilai guna marginal yang semakin menurun, menyatakan bahwa tambahan nilai guna yang akan diperoleh seseorang dari mengkonsumsikan satu barang  akan menjadi semakin sedikit apabila orang tersebut terus-menerus menambah konsumsinya pada barang tersebut.

Nilai Guna Marginal

Dalam hal pemaksimuman nilai guna total, syarat pemaksimuman nilai guna adalah jika konsumen berada dalam keadaan sebagai berikut:
a.    Seseorang akan memaksimumkan niali guna dari barang-barang yang dikonsumsikannya apabila perbandingan nilai guna marginal berbagai barang tersebut adalah sama dengan perbandingan harga-harga barang tersebut.
b.    Seseorang akan memaksimumkan niali guna dari barang-barang yang dikonsumsikannya apabila nialu guna marginal untuk setiap rupiah yang dikeluarkan adalah sama untuk setiap barang yang dikonsumsikan.
Dalam pendekatan teori tingkah laku konsumen melalui pendekatan kardinal terdapat  sejumlah asumsi yang mesti berlaku. Berikut beberapa asumsi dari pendekatan ini yang harus terpenuhi adalah:
a.  Daya guna diukur dalam satuan uang/util.
b.  Konsumen bersifat rasioanal, artinya konsumen bertujuan memaksimalkan kepuasan dengan batasan pendapatanya.
c.  Diminishing marginal utility, artinya tambahan utilitas yang diperoleh konsumen makin menurun dengan bertambahnya konsumsi dari komoditas tersebut.
d.  Pendapatan konsumen tetap.
e.  Constan marginal utility of money (daya guna marginal dari uang tetap)
f.  Total utility adalah additive (melengkapi) dan independent (sendiri atau tidak terikat)
g.  Barang normal dan periode konsumsi berdekatan
Walaupun pendekatan ini telah berhasil menyusun formulasi fungsi permintaan secara baik tetapi pendekatan ini masih dianggap mempunyai beberapa kelemahan. Kelemahan dan kritik terhadap pendekatan ini antara lain:
a.    Sifat subyektif dari daya guna dan tidak adanya alat ukur yang tepat dan sesuai.
b.    Constan marginal utility of money, semakin banyak memiliki uang maka penilaian terhadap uang itu semakin rendah.
c.    Diminishing marginal utility sangat sulit diterima sebagai aksioma, sebab penilaian dari segi psikologis yang sangat sukar.
2.             Pendekatan Ordinal
Dalam pendekatan Ordinal daya guna suatu barang tidak perlu diukur, cukup untuk diketahui dan konsumen mampu membuat urutan tinggi rendahnya daya guna yang diperoleh dari mengkonsumsi sekelompok barang. Dasar dari pemikiran dari pendekatan ini adalah semakin banyak barang yang dikonsumsi semakin memberikan kepuasaan terhadap konsumen. Dalam menganalisa tingkat kepuasan dalam pendekatan ini digunakan kurva Indifferen (indifferent Curve) yang menunjukkan kombinasi konsumsi dua macam barang yang memberikan tingkat kepuasan yang sama dan garis anggaran (Budget line) yang menunjukkan berbagai kombinasi dari dua macam barang yang berbeda yang dapat dibeli oleh konsumen dengan pendapatan yang terbatas.
digambarkan adalah tingkat kepuasan maksimum dari mengkonsumsi dua barang dengan menggunakan sejumlah pendapatan tertentu.
Seperti halnya pendekatan tingkah laku konsumen melalui pendekatan kardinal, pendekatan teori tingkah laku konsumen melalui pendekatan ordinal juga memiliki sejumlah asumsi yang mesti berlaku. Beberapa asumsi yang harus ada pada pendekatan ordinal ini  adalah:
1.       Konsumen Rasional
2.       Konsumen mempunyai pola preferensi terhadap barang yang disusun berdasarkan urutan besar kecilnya daya guna.
3.       Konsumen mempunyai sejumlah uang tertentu
4.       Konsumen selalu berusaha mencapai kepuasan maksimum
5.       Konsumen konsisten
6.       Berlaku hukum transitif[3][3]


C.           Macam-Macam Perilaku Konsumen
1.             Teori Ekonomi Mikro
Teori ini beranggapan bahwa setiap konsumen akan berusaha memperoleh kepuasan maksimal. Mereka akan berupaya meneruskan pembeliannya terhadap suatu produk apabila memperoleh kepuasan dari produk yang telah dikonsumsinya, di mana kepuasan ini sebanding atau lebih besar dengan marginal utility yang diturunkan dari pengeluaran yang sama untuk beberapa produk yang lain.
2.             Teori Psikologis
Teori ini mendasarkan diri pada faktor-faktor psikologis individu yang dipengaruhi oleh kekuatan-kekuatan lingkungan. Bidang psikologis ini sangat kompleks dalam menganalisa perilaku konsumen, karena proses mental tidak dapat diamati secara langsung.
3.            Teori Antropologis
Teori ini juga menekankan perilaku pembelian dari suatu kelompok masyarakat yang ruang lingkupnya sangat luas, seperti kebudayaan, kelas-kelas sosial dan sebagainya[4][4].







Tidak ada komentar:

Posting Komentar